Rabu, 07 September 2011

Sang Terpilih (6)

Salah satu kereta tercepat Cina, CRH ketika akan diuji coba beberapa bulan lalu.
Kecepatan maksimalnya mencapai 350km/jam
Terimakasih kepada tim sukses Jackal Enterprise yang dipimpin mantan petinggi Mossad dan alat penghitung suara buatan Israel dan lembaga-lembaga survei berkedok independen yang juga sepaket dengan jackal Enterprise. Berkat kalian semua Subagyo terpilih menjadi presiden Indungsia yang hanya melalui satu putaran tersebut.

Sebagai orang asli Indungsia, Subagyo tentunya paham benar bagimana cara dan prinsip dasar memajukan Indungsia, yakni melakukan pembangunan secara massif di pulau-pulau besar selain Jawa yang kaya akan hasil alam seperti Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Namun semua rencana itu bertentangan dengan tujuan “organisasi” di Indungsia. Bila sampai hal tersebut dilakukan, eksploitasi batubara bakal gencar dilakukan untuk kepentingan rakyat, dan karena itu bisnis minyak yang masih bisa mendatangkan keuntungan beberapa tahun mendatang milik “organisasi” akan terganggu. Memang pada kenyataannya sumber-sumber minyak di Indungsia sudah dikapling oleh “organisasi” melalui kaki tangannya yang merupakan pengusaha pribumi. Namun membiarkan minyak mubazir juga bukan merupakan langkah yang tepat. Rencananya ketika minyak bumi sudah habis terkuras, barulah mereka akan mengeksplorasi batubara secara luas.
Juga sehubungan “organisasi” yang tidak ingin Indungsia maju, maka membiarkan sumber daya alam Kalimantan dan Irian Jaya dieksplorasi demi kesejahteraan rakyat Indungsia adalah keputusan yang sangat fatal dan bodoh. Terutama ratusan juta umat muslimnya yang belum bisa dijinakkan sebagaimana umat kristen kulit putih Eropa dan Amerika Utara.

Pencitraan adalah kegemaran Subagyo. Meskipun tidak senarsis Obama, namun pencitraan bagi dirinya adalah hal nomor satu diatas segala-galanya. Oleh karena itulah agar membuatnya seolah-olah peduli dengan pembangunan, maka digelarlah event akbar “Infrastruktur Summit”. Itu merupakan ajang bagi dirinya untuk mengumbar banyak wacana, termasuk rencana pembangunan jembatan Selat Sunda hingga jembatan Selat Malaka yang menghubungkan Indungsia dengan Malaysia. Dan seperti biasa, pidato hanya tinggal pidato yang penuh omong kosong dan bualan khas Subagyo yang bertujuan untuk menaikkan citra Subagyo di mata rakyat.
Namun sejalan dengan program penghamburan APBN seperti yang telah dibahas sebelumnya, Subagyo malah membangun jembatan yang tidak strategis dan ekonomis dibanding pembangunan jembatan Selat Sunda. Pembangunan jembatan Suramadu bagi pengamat ekonomi independen Indungsia adalah langkah yang bodoh. Pembangunan infrakstruktur tersebut tidak akan banyak memberikan kesejahteraan yang signifikan bagi rakyat Indungsia. Bandingkan dengan Cina yang sudah mampu membuat rel keretea sampai ke pegunungan Himalaya.
Kembali ke faktor orang-orang Yahudi, harus diakui mereka memang ahlinya dalam hal tipu-menipu, pengalihan isu masyarakat. Mereka banyak belajar selama ribuan tahun dari riwayat perjalanan nenek moyang mereka bagimana cara merebut dan mempertahankan kekuasaan, secara licik tentunya. Dan yang membuat Subagyo berdecak kagum adalah kemampuan mereka menempatkan Snouck Horgronje di tengah-tengah umat Islam Indungsia hingga mendapatkan tempat di mata ulama masa lalu sampai mereka bersedia menikahkan putri-putri mereka dengannya. Dan beberapa tahun lalu proses penempatan tersebut berulang, bedanya agen “organisasi” kali ini adalah orang asli Indonesia. Namun yang menjadi blundernya adalah keputusan dia untuk menikahkan putrinya dengan seorang Yahudi tulen yang kabarnya masih bersaudara dengan mantan perdana Israel, Ariel Sharon.
Namun tidak semuanya bisa mulus sesuai dengan yang direncanakan Subagyo. Meski dengan gemilang memenangkan pemilu presiden, pada akhirnya dia harus menghadapi berbagai permasalahn yang tidak kunjung berhenti. Dalam hal menghadapi tuntutan dan demo dari LSM-LSM misalnya, dia tahu dari kepala inteligennya bahwa LSM-LSM itu adalah binaan George Soros. Dan yang paling memebuatnya galau setiap waktu adalah diungkit-ungkitnya kasus Bank Centurion oleh media-media massa dan para politisi dari parta-partai koalisi.
Dia benar-benar merasa disandera oleh kasus ini. Meskipun dia berhasil meredam kasus ini dengan memerintahkan aparat penyidik untuk mempending kasus ini dan “mengamankan” Sri Mulyati, menteri keuangan yang berperan besar dalam kasus perampokan ini ke markas IMF yang merupakan institusi bentukan “organisasi”. Dan akhirnya hanya satu oranglah yang dihukum karena kasus ini, yaitu direktur bank Centurion yang hanya memiliki saham minoritas. Namun kasus ini bagai bom waktu yang bisa meledak kapan saja dan mengancam kedudukannya sebagai presiden.
Dalam situasi yang membuatnya galau tersebut, dia masih harus memenuhi tuntutan “organisasi”, terutama dalam rangka “perang melawan terorisme”, untuk itulah dia diperintah untuk menangkap seorang tokoh Islam kharismatik dengan tuduhan terorisme, K.H Abdullah Bawazier yang dinilainya berpotensi bakal melakukan gerakan massa Islam dan mengancam kepentingan “organisasi”. Misi lainnya adalah privatisasi bandara internasional terbesar di Cenggerang, Tangkareng. Awalnya Subagyo keberatan dan meminta agar proses ini ditunda dulu demi mengembalikan citranya yang jatuh karena kasus Centurion. Namun baru sehari menyampaikan keberatannya, bandara tersebut mengalami padam listrik selama beberapa jam. Segera dia memerintahkan menteri BUMN untuk menegur pimpinan BUMN yang bertanggungjawab akan hal itu. Namun bukannya dituruti, beberapa waktu kemudian bandara mengalami pemadaman listrik lagi. Akhirnya dia sadar bahwa tuntutan “organisasi” harus disegerakan dan tidak boleh ditunda-tunda.
Betapa akan menjadi mimpi buruk jangka panjang jika sampai bandara jatuh ke tangan “organisasi”. Mimpi buruk itu diawali dengan penggantian seluruh pimpinan dan staff dengan agen-agen Mossad, peralatan-peralatan yang menunjang keamanan juga akan diganti seluruhnya dengan peralatan asli buatan Israel. Dengan demikian cengkeraman Israel akan semakin dalam di  bumi Indonesia ini.
Sesungguhnya secara pribadi, Subagyo juga jengkel atas tingkah laku Budiloyo. Dari nuraninya yang paling dalam, Subagyo ingin melihat langkah-langkah konkrit ataupun minimal mendengar saran-saran terkait rencana pembangunan ekonomi yang keluar dari mulut Budiloyo sebagai “dewa ekonomi”. Alih-alih mendengar itu semua, dia malah sibuk kesana-kemari, jalan-jalan, tinjau-meninjau dan amat sering menggunting pita acara-acara seremonial ataupun peresmian. Bahkan dalam hati, Subagyo menyebut dia tak ubahnya “ketua dharma wanita”. Sedikit membandingkan masih lebih baik wakilku dulu ujarnya.
Tapi satu hal yang lebih membuatnya geram adalah ulah Sri Mulyati. Jauh-jauh hari, bahkan saat dia masih sibuk “diamankan” IMF, Sri Mulyati malah membuat gerakkan untuk jalan dia mencalonkan diri menjadi presiden Indungsia 2014 nanti. PD betul ibu-ibu yang satu ini, dan saking narsisnya gerakkan tersebut dia namakan sama dengan nama awalnya “SRI”. Itu berarti mengacak-acak rencana Subagyo yang berencana terus mengokohkan dinasti “Bagyo” dengan memasukkan terus keluarga-keluarganya ke dalam jajaran pemerintahan. Namun Subagyo sadar bahwa Sri Mulyati adalah salah satu kader paling kuat milik “organisasi”, yang berpotensi akan menyikut dia nanti. Apalagi Sri Mulyati sering gencar menyerukan program “kesetaraan gender” yang juga merupakan salah satu agenda “organisasi” di Indungsia.