Kamis, 31 Mei 2012

Israel Inside


Warga Israel yang tengah berdemo karena mahalnya biaya hidup, tampak mengenakan topeng Benjamin Netanyahu 

Membaca analisis orang ‘luar’ terhadap Israel, mungkin sudah biasa. Mendengar Ahmadinejad berkali-kali menyatakan prediksinya bahwa Israel sebentar lagi akan tumbang, juga sudah biasa. Namun, cukup menarik bila kita membaca analisis orang Israel terhadap negaranya sendiri.  Di dalam Israel, sesungguhnya ada juga segelintir orang yang ‘tercerahkan’ dan bisa menilai dengan jernih kebobrokan ‘negara’ dan pemerintahan Zionis. Mereka menulis, melakukan aksi-aksi perdamaian, dan berorasi di berbagai negeri untuk membangkitkan kesadaran sesama Yahudi dan umat manusia umumnya, supaya berhenti mendukung Zionisme.  Kelompok “Women in Black” misalnya. Mereka secara rutin melakukan aksi berdiri dalam diam dengan mengenakan pakaian hitam-hitam, sambil membawa spanduk-spanduk anti penjajahan Palestina. Tak pelak, mereka dikata-katai ‘pelacur’ dan ‘pengkhianat’ oleh orang-orang Israel.

Minggu, 13 Mei 2012

Faktor Penyebab Perang Dunia II


Para pemimpin negara blok aliansi Perang Dunia II: Winston Churchil, F.D. Roosevelt dan Joseph Stallin [Inggris, Amerika dan Uni Soviet]

Sindrom “narsis” nampaknya menjadi salah satu faktor dominan yang memicu terjadinya Perang Dunia II tahun 1939-1945. Bagaimana tidak, hanya karena tiga negara yang “narsis” akan bangsanya yang mereka anggap paling unggul dibanding bangsa-bangsa lainnya di dunia, membuat mereka menginvasi, merebut dan mengokupasi wilayah negara lain terdekatnya. Semangat nasionalisme berlebihan itu dipupuk rasa dendam dan amarah yang masih mereka simpan akan kekalahan mereka saat Perang Dunia I, dua puluh tahun sebelumnya. Jerman, Jepang dan Italia muncul sebagai negara yang merasa bahwa hanya bangsa mereka lah yang dianggap paling terhormat dan
Namun sesungguhnya, apa penyebab Perang Dunia II itu terjadi dan berjalan dengan dahsyatnya? Pertanyaan ini selalu melekat bahkan di setiap benak para sejarahwan sekalipun yang hirau akan fenomena tersebut. Begitu banyak pihak yang dirugikan dan tidak terhitung berapa banyaknya kerugian fisik maupun psikis di setiap negara yang terlibat. Ketika semua kemampuan militer, teknologi, ekonomi sampai industri dipacu hingga titik batas kapabilitas masing-masing pihak, ketika itu juga lah dunia terasa menjadi tempat yang paling tidak aman.

Realisme: Sebuah Pengenalan Awal


Salah satu tokoh Realisme, Niccolo Machiavelli

Dalam tulisan sebelumnya, saya telah memaparkan sepintas tentang apa itu HI dan juga apa yang akan kita dapatkan dalam HI. Saya memiliki keyakinan bahwa yang menjadi daya tarik utama HI adalah berbagai teori atau perspektif HI itu sendiri. Jika kemarin saya hanya menjelaskan sedikit kulit tentang Realisme dan Liberalisme/Idealisme, maka sekarang saya akan mencoba memaparkan satu persatu teori tersebut sedikit lebih jauh. Dan yang pertama adalah Realisme.
Realisme saya rasa adalah teori HI paling besar dan paling luas sekaligus paling umum digunakan dalam mempelajari HI sebagai disiplin ilmu. Seperti yang sudah saya sebut dalam tulisan sebelumnya, kaum realisme memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya semua manusia itu jahat dan hanya mengutamakan kepentingan masing-masing, bagi mereka tidak ada kerjasama, yang ada hanyalah lawan dan penuh dengan kecurigaan diantara mereka. Nah hal tersebut adalah konsepsi paling dasar dalam mempelajari realisme. Bisa dibilang prinsip tersebut adalah modal utama anda menyelami realisme jika tidak ingin tenggelam dalam kebingungan.

Kamis, 10 Mei 2012

Mengapa Harus Hubungan Internasional?


Apa itu HI? Untuk apa itu HI? Mengapa harus HI?
Beberapa pertanyaan tersebut sering saya dengar saat bertanya mengenai jurusan kuliah saya. Jadi saya coba untuk memaparkan HI tersebut berdasarkan pengalaman hampir dua tahun saya belajar dan menyelami HI.
HI adalah Hubungan Internasional. Biasa terdapat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Seperti namanya, di HI kami belajar banyak tentang interaksi sesama manusia dan juga bagaimana mereka berpolitik, melakukan kegiatan tersebut secara sistematis dan struktural. Namun di HI, bukan sembarang interaksi dan juga cara berpolitik biasa yang kami pelajari, namun kembali ke nama nya, kami mempelajari berbagai interaksi manusia mulai dari sebagai individu, kelompok dan tentu saja interaksi antar negara. Begitupun politik nya lebih cenderung mempelajari politik luar negeri dalam sistem internasional. Tentunya hal ini akan lebih advance dibanding politik dalam negeri mengingat dinamika dunia internasional yang selalu berkembang setiap saat.

Selasa, 08 Mei 2012

Embargo Minyak Iran: Sebuah Dilema Para Langganan


Embargo bisa diartikan sebagai perwujudan pelarangan perniagaan ataupun bentuk kegiatan perdagangan lainnya dengan sebuah negara, pada sebuah negara dan oleh sebuah negara. Sesungguhnya embargo itu sendiri sejatinya adalah embargo ekonomi, meskipun barang yang dilarang itu bukan berupa barang komersil, namun tetap saja imbas embargo tersebut akan sampai kepada terganggunya perekonomian negara yang diembargo tersebut.