Kamis, 10 Mei 2012

Mengapa Harus Hubungan Internasional?


Apa itu HI? Untuk apa itu HI? Mengapa harus HI?
Beberapa pertanyaan tersebut sering saya dengar saat bertanya mengenai jurusan kuliah saya. Jadi saya coba untuk memaparkan HI tersebut berdasarkan pengalaman hampir dua tahun saya belajar dan menyelami HI.
HI adalah Hubungan Internasional. Biasa terdapat di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Seperti namanya, di HI kami belajar banyak tentang interaksi sesama manusia dan juga bagaimana mereka berpolitik, melakukan kegiatan tersebut secara sistematis dan struktural. Namun di HI, bukan sembarang interaksi dan juga cara berpolitik biasa yang kami pelajari, namun kembali ke nama nya, kami mempelajari berbagai interaksi manusia mulai dari sebagai individu, kelompok dan tentu saja interaksi antar negara. Begitupun politik nya lebih cenderung mempelajari politik luar negeri dalam sistem internasional. Tentunya hal ini akan lebih advance dibanding politik dalam negeri mengingat dinamika dunia internasional yang selalu berkembang setiap saat.
HI termasuk jurusan yang paling lengkap dalam mempelajari berbagai ilmu. Bagaimana tidak, selain sosial dan politik, disini kami juga mempelajari Ekonomi, Hukum, Bahasa, Budaya, Administrasi bahkan ilmu hitung-menghitung dan masih banyak yang lainnya. Kenapa? Karena setiap peristiwa di dunia internasional yang terjadi tidak akan lepas dari itu semua. Contoh dalam interaksi antar negara, mereka melakukan perdagangan, maka perspektif ekonomi lah yang digunakan, begitu juga yang lainnya. Bila HI adalah sebuah kesatuan tubuh, maka itu semua adalah tulangnya.

Perlu diketahui pula, bahwa HI atau interaksi negara yang sekarang ini baru dimulai tahun 1648 saat terjadinya peristiwa Peace of Wetphalia.yang mengakhiri perang tiga puluh tahun antara kelompok Kristen Protestan dan Katholik, keduanya masih ada dalam kekuasaan Emporium Kerajaan Romawi. Peace of Westphalia akhirnya menghasilkan sebuah konsep baru mengenai sistem global saat itu. Keadaan negara-negara yang dominan berbentuk kerajaan atau emporium mulai terkikis oleh bentuk nation-state atau negara bangsa seperti sekarang ini. Di saat yang bersamaan muncul konsep sovereignity atau kedaulatan. Kedaulatan bisa dianalogikan sebagai pagar yang jelas yang membatasi mana yang merupakan urusan negara masing-masing.
Kemudian pada intinya, interaksi dalam HI hanya ada dua, yakni cooperation atau kerjasama dan conflict atau konflik. Perbedaan keduanya akan saya jelaskan dalam tulisan berikutnya.
Dalam HI itu banyak belajar teori? Well, harus saya katakan iya. Teori itu merupakan modal penting dalam menyelami HI, selain modal pengetahuan isu HI tentunya. Bisa saya katakan teori dalam HI itu bagaikan kerangka yang siap dibungkus oleh berbagai macam bahan dan pada akhirnya akan menghasilkan bentuk hasil akhir yang nyata dan indah. Teori juga bisa disebut kacamata/perspektif yang berguna memberi kita pandangan dan anggapan apa saja yang ada dalam HI. Teori itu sebuah sudut pandang dan sebuah arah yang akan menunjukkan kemana kita harus pergi dan melangkah.
Baiklah teori-teori utama dalam HI itu ada Realisme dan Liberalisme/Idealisme. Nah kedua teori inilah yang akan menghasilkan teori-teori lainnya yang banyak sudut pandangnya banyak meminjam dari keduanya. Masing-masing teori akan saya tulis juga dalam postingan berikutnya.
Saya akan coba mengasosiasikan dua teori utama tersebut secara singkat. Pertama Realisme. Bayangkan ada tiga orang bernama A, B dan C. Nah dalam kesehariannya, masing-masing mereka saling mencurigai satu sama lain, menganggap mereka ancaman, si A takut si B dan C bekerja sama begitu pula yang lainnya. Mereka masing-masing melakukan sesuatu demi kepentingan mereka yang utama. Itulah realisme, dalam teori atau perspektif ini berbicara bahwa sesungguhnya manusia itu jahat dan akan melakukan apa saja demi tercapainya keinginan mereka. Nah dalam HI orang-orang itu berwujud negara. Teori ini merupakan teori utama dalam HI.
Kemudian Liberalisme, kebalikan dari realisme, bila tadi si A, B dan C saling mencurigai dan menganggap orang selain mereka adalah ancaman, maka dalam liberalisme akan menganggap mereka akan bisa saling bekerjasama dalam sebuah interaksi dan kegiatan apapun untuk mencapai kepentingan bersama. Teori ini memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya manusia itu memiliki sifat yang baik dan bisa bekerjasama. Juga dalam HI orang tersebut akan berwujud sebagai negara.
Nah selain dua teori tersebut. Isu yang dipelajari juga terbagi dua, isu tradisional dan non-tradisional. Isu tradisional berbicara hanya sebatas perang, militer dan perdamaian. Sedangkan isu non-tradisional mencakup seperti HAM, perubahan iklim, pengungsi, kemisikinan, bencana alam dan kerjasama lainnya.
Ada empat aktor utama dalam HI, yakni negara, organisasi internasional seperti PBB, ASEAN, OPEC dll, MNC atau perusahaan multinasional yang jangkauannya sudah mendunia dan terakhir individu meskipun cakupannya tidak terlalu besar.
Nah berbagai hal diatas tersebut bisa kita bayangkan sebagai pecahan-pecahan puzzle yang setiap bentuknya tetap, namun bisa dibentuk dan disatukan menjadi gambar baru tergantung teori dan perspektif mana yang kita gunakan. Dalam HI pula lah kita bisa mengaktualisasikan diri dan mendapat pengetahuan lebih yang selama ini tidak kita ketahui mengingat cakupan ilmu nya yang sangat luas. Dan yang lebih penting, dalam HI kita bisa meramalkan peristiwa apa yang akan terjadi berdasarkan data dan analisis fakta yang telah kita kumpulkan sebelumnya. Juga menjadikan kita memiliki bekal untuk memahami cara pandang kita terhadap suatu negara, sekaligus mempelajari secara mendalam kebudayaan dan bahasa suatu negara. Tidak lupa asumsi dasar realisme dan liberalisme tentunya bisa kita gunakan untuk menganalisis interaksi antar manusia, untuk mengenal mana manusia yang jahat dan bisa diajak kerjasama. Maka mulai sekarang, janganlah ragu untuk mengenal bahkan menyelami Hubungan Internasional. Yakinlah disini kalian akan mendapatkan ilmu dan pengetahuan apapun yang kalian ingin. We’re welcome for you all, be there and become a nice HI-ers.