Mayer Amschel Rothschild |
Beberapa tahun terakhir bila ada pemberitaan mengenai urutan manusia-manusia terkaya di planet ini, di baik media massa dalam negeri maupun media internasional, sudah pasti nama-nama seperti Bill Gates, Warren Buffet, Mukesh Ambani, Carlos Slim, Lakshmi Mittal akan selalu menghiasai urutan teratas. Sementara versi majalah Forbes rekor orang terkaya tahun 2011 dipegang Carlos Slim, sang raja telekomunikasi dari Meksiko dengan kekayaan mencapai $74 triliun.
Namun bagi penganut teori konspirasi, apapun pemberitaan yang berasal dari media massa internasional, khususnya Amerika yang 90% nya telah ada dalam kekuasaan Yahudi, selalu tampak gatal untuk disibak karena sudah pasti ada hal yang disembunyikan dibalik berita tersebut, termasuk urutan orang terkaya di dunia ini.
Berbicara mengenai harta kekayaan tentu tidak dapat dipisahkan dengan kekuasaan. Barang siapa memiliki banyak harta, sedikit banyak dia memiliki kekuasaan. Bilang saja ingin apa, maka uang yang bicara. Dua kata, kekayaan dan kekuasaan global yang identik dengan Yahudi membawa pikiran saya kepada nama Rothschild.
Dalam sisi politik mungkin keluarga Rothschild tidak semenonjol tokoh-tokoh penguasa Israel. Namun kerahasiaannya yang selama 2,5 abad usia dinasti mereka disinyalir merupakan cara menyembunyikan harta kekayaan mereka. Kemampuan mereka mengendalikan bangsa-bangsa di dunia melalui kekuatan uang yang mereka miliki nyaris tidak ada tandingnya diantara dinasti-dinasti Yahudi lainnya, selain Rockefeller tentunya.
Kekuatan keluarga Yahudi ini bisa dilihat dari buku mantan Perdana Menteri Inggris abad 19 yang juga seorang Yahudi, Benjamin Disraelli yang berjudul Coningsby. Dalam bukunya dia menggambarkan keluarga Rotchschild dengan kata-kata : “Penguasa pasar uang dunia dan penguasa segalanya. Secara efektif mengendalikan Italia Selatan seperti pion. Raja dan Bangsawan di seluruh dunia hormat dan mengikuti segala kata-katanya.”
Tonggak awal dinasti ini dimulai ketika lahirnya seorang bayi Yahudi Jerman bernama Mayer Amschel Bauer di Frankfurt tahun 1743. Ayahnya adalah seorang Yahudi taat berprofesi sebagai rentenir dan pedagang emas (profesi yang dijalani sebagian besar pengusaha Yahudi saat itu). Awalnya ayahnya ingin Mayer dikemudian hari menjadi seorang rabi, namun seiring bertumbuhnya dia dengan pengetahuan keuangan dan perdagangannya, akhirnya “memaksa” nya untuk meneruskan usaha ayahnya sebagai pedagang emas dan rentenir.
Pada saat itu memang riba beserta segala hal tentangnya memang tabu bahkan diharamkan oleh kebanyakan masyarakat Eropa. Namun karena semua usaha keuangan dan perbankan saat itu hanya dimiliki orang Yahudi, menjadikan hal itu tidak masalah selama hanya berlaku di sesama warga Yahudi. Namun apa mau dikata bila seseorang sudah butuh uang, maka tak ada jalan lain dengan meminjam uang dari perusahaan milik keluarga Mayer.
Ayah Mayer memasang logo tameng merah di depan rumahnya yang sering dijadikan tempat transaksi pinjam-meminjam uang itu. Dari sinilah nama Rothschild muncul, Roth dalam bahasa Jerman artinya merah dan Schild artinya tameng. Banyak orang mempercayai simbol tersebut sebagai simbologi semangat revolusioner masyarakat Eropa Timur, yang dikemudian hari warna merah diadopsi oleh gerakan komunisme sebagai warna kebanggaan.
Setelah usaha milik ayahnya resmi berada di tangannya, Mayer yang sebelumnya banyak mendapat pelngetahuan mengenai keuangan dari keluarga Yahudi Oppenheimer di Hannover lalu mengubah nama keluarga mereka menjadi Rothschild, meninggalkan nama Bauer yang dianggapnya hina karena dalam bahasa Jerman berarti petani. Dengan perubahan nama itu maka tersebutlah Mayer Amschel Rothschild. Selain itu dia menggunakan gelar Baron Rothschild I.
Kepopuleran Mayer dimulai ketika dia bertemu dan berkenalan dengan seorang perwira tinggi Jerman, Jenderal von Estorff tahun 1760. Dia merupakan bawahan penguasa Jerman saat itu, Pengeran Williams de Hanau. Bagai gayung bersambut kata berjawab, kegemaran sang pangeran yang suka mengoleksi koin-koin emas langka dan medali sangat terkait dengan profesi Mayer sebagai pedagang emas yang tentu saja memiliki banyak koin-koin yang disukai pangeran. Dan karena itulah pada akhirnya dia dikenal luas di kalangan para bangsawan yang memang buta kekayaan dan kekuasaan. Keuntungan dekat dengan keluarga kerajaan kemudian dimanfaatkannya untuk mendapatkan jaminan kemanan atas segala kelangsungan dan kegiatan usahanya.
Sepuluh tahun berjuang merintis karir bisnis perbankan, Mayer memutuskan menikahi Gutele Schnaper. Pernikahannya dikaruniai 10 orang anak, 5 laki-laki dan 5 perempuan. Kelima anak laki-lakinya masing-masing bernama : Amschel, Salomon, Nathan, Kalmann (Karl) dan Jacob (James). Mereka semua adalah generasi pertama pewaris bisnis keluarga Rothschild. Untuk mencapai kesuksesan secara maksimal, setelah mendapatkan pendidikan dan pembelajaran perbankan dan keuangan, masing-masing dikirim ke berbagai tempat yang menjadi pusat kekuasaan di Eropa saat itu untuk melebarkan perusahaan perbankan Rothcschild, kecuali Amschel yang tetap di Frankfurt meneruskan secara utuh perusahaan milik ayahnya, meskipun pada akhirnya dia berpindah ke Berlin. Saudaranya, Salomon dikirim ke Vienna, Nathan ke London, Jacob ke Paris dan Karl di Naples.
Di akhir awal abad 19, Mayer dalam sebuah peperangan, pangeran Williams kalah telak dari Napoleon. Karena itu akhirnya dia memutuskan kabur ke Denmark dan meninggalkan uang sejumlah $3.000.000, nilai yang sangat besar saat itu. Jumlah tersebut sedianya adalah anggaran upah berperang untuk pasukan sang pangeran, namun sama sekali tidak dibayarkannya. Uang itu lalu dia titipkan kepada Mayer yang memang salah satu orang kepercayaannya dengan harapan dia bisa mengamankannya. Meskipun banyak cerita mengenai uang tersebut yang Rothschild sembunyikan di dalam drum untuk mengelabui pasukan Napoleon, namun kenyataannya uang itu digunakan untuk menambah modal bisnis keluarha Rothschild
“Uang haram” itu kemudian diinvestasikannya ke Inggris, tempat dimana putra paling jeniusnya, Nathan membuka usaha Bank. Uang tersebut digunakan untuk memasok emas kepada perusahaan dagang East India Company, oleh perusahaan dagang tersebut digunakan sebagai investasi juga di negara-negara koloninya di wilayah India dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Ada beberapa pesan yang disampaikan oleh Mayer Amschel Rothschild sebelum dia meninggal kepada seluruh keluarganya, yaitu :
- Semua posisi kunci dalam perusahaan harus diduduki oleh anggota keluarga sendiri dan hanya anggota keluarga laki-laki yang boleh terlibat dalam bisnis (sesuai ajaran Taurat).
- Anggota tertua menjadi pemimpin keluarga, kecuali karena beberapa alasan (contoh Nathan yang bukan anak tertua menjadi pimpinan karena kejeniusan dan kesuksesannya).
- Setiap anggota keluarga harus menikah dengan saudara sendiri (keponakan atau sepupu), demi menjaga kemurnian anggota keluarga.
- Dilarang keras membuka rahasia kekayaan keluarga termasuk kepada pemerintah. Setiap yang membangkangnya akan mendapatkan sanksi, termasuk dikeluarkan dari keanggotaan keluarga.