Dinasti Rothschild dari awal berdirinya hingga hari ini terus menancapkan pengaruhnya ke seluruh dunia. Isu terbaru muncul di Indonesia sendiri, beberapa minggu lalu salah seorang anggota keluarga Rothschild, Nathaniel Rothschild berhasil melakukan deal dengan salah satu perusahaan milik Aburizal Bakrie perihal kesepakatan bekerjasama bisnis batubara. Namun perihal bergabungnya Rothschild dengan Bakrie akan dibahas dalam artikel selanjutnya.
Pada tahun 1773 bisa disebut salah satu tonggak awal penyebaran pengaruh Yahudi secara massif ke seluruh dunia, meskipun sebelum tahun tersebut Yahudi sudah menggencarkan pengaruhnya, namun karena peran Rothschild, perencanaan penguasaan dunia dianggap lebih terencana dan terstruktur dengan cukup baik.
Pada suatu malam di tahun 1773, Mayer Rothschild mengundang 12 orang Yahudi yang cukup terpandang dan memiliki jabatan ke kediamannya di Judenstrasse, Frankfurt. Malam itu mereka membahas mengenai rencana konspirasi selanjutnya terhadap Inggris dan Perancis. Rencana terhadap Inggris sudah dijalankan sebagian hanya tinggal beberapa aspek perlu dipercepat agar masyarakat tidak memiliki banyak waktu untuk berpikir bahwa mereka sedang dikendalikan. Namun menu utama pertemuan malam itu adalah rencana mengobarkan Revolusi Perancis sebagai bagian dari konspirasi mereka. Selain itu pada malam yang sama, Mayer Rothschild sempat membacakan rancangan 24 butir grand strategi menguasai dunia yang dikenal sebagai Protocols of Learned Elder Zion, dan dikemudian hari disahkan tahun 1897 setelah sebelumnya pernah diperbaharui oleh penggagas Zionisme, Theodore Hertzl pada kongres Zionisme internasional pertama di Bassel, Swiss.
Memang pada saat-saat tersebut, keadaan sosial masyarakat Perancis sebagaimana situasi sosial negara-negara Eropa lainnya tengah “ideal” sebagai arena dikobarkannya sebuah revolusi. Perekonomian yang lesu, utang menumpuk, pengangguran membanjir karena lapangan pekerjaan yang nyaris langka, industri yang macet karena minimnya modal dan ancaman kelaparan terus menghantui rakyat Perancis. Peran Rothschild dan para bankir Yahudi memang cukup besar. Merekalah yang terus memberikan pinjaman hutang hingga akhirnya perekonomian mereka nyaris lumpuh akibat beban hutang yang ada.
Seorang penulis asal Skotlandia dalam novelnya yang berjudul Life of Napoleon, Sir Walter Scott mengatakan, “mereka menguasai sebagian stok emas dan perak dunia hingga mampu membuat seluruh Eropa menjadi debitur mereka, khususnya Perancis.”
Adapun Sir Walter Scott juga menjelaskan situasi menjelang revolusi nyaris seperti bangsa Indonesia pada rezim sekarang, dia menyebutkan :
“Para pejabat keuangan yang sengaja membuat bangkrut negara itu mendapat perlakuan istimewa dari para bankir yang memenuhi nafsu tamak mereka dengan satu tangan dan kehancuran di tangan lainnya. Dengan terus menerusnya pemberian hutang berbunga serta berbagai hak-hak penjaminnya, seluruh keuangan negara Perancis terjerumus kedalam kehancuran.” Keadaan yang sama bila mengingat satu nama, Sri Mulyani yang mendapat beberapa perlakuan dan penghargaan istimewa dari IMF : pernah menjadi menteri keuangan terbaik Asia Tenggara dan terakhir dijadikan salah satu Executive Director IMF sekaligus diamankan dari cengkraman pengadilan atas kasus Bank Century yang dilakukannya.
Tentu disamping itu peran organisasi rahasia semacam Illuminati dan Freemasonry juga tidak bisa dipandang sebelah mata. Adam Weishaupt, setelah dipilih oleh Mayer Rothschild dalam pertemuan tahun 1773 untuk memuluskan rencana revolusi, mendirikan Illuminati tahun 1782 di kota yang sama, Franfurt, Jerman. Dan atas bantuan Freemasonry, Illuminati berhasil menginfiltrasi masyarakat Perancis.
Beberapa bulan sebelum revolusi meletus, ada kurang lebih 2000 loji (klub freemason) di seluruh Perancis dengan anggota lebih dari 100.000 orang. Merekalah sebetulnya penggerak dan kekuatan utama mencanangkan revolusi meski sebagian besra dari mereka tidak mengetahui untuk apa mereka ada di klub tersebut.
Namun melalui corong media yang dikuasainya, para penggagas revolusi baik yang berada dalam perkumpulan Freemason, Illuminati ataupun masyarakat biasa, terus menghembuskan berbagai slogan dan motto yang muluk-muluk untuk merubah nasib mereka, sekaligus menjelek-jelekkan dan melemparkan semua kesalahan kepada orang-orang kaya, bangswan dan pemerintah, sehingga otomatis rakyat secara luas membenci pemerintah mereka sendiri.
Sebagai langkah nyata adalah penggerakan opini kebencian masyarakat terhadap Ratu Maria Antoniete sebagai bagian konspirasi. Skenario awal adalah pemesanan sebuah kalung berlian senilai 250.000 poundsterling atas nama Ratu. Tentu saja dengan keadaan ekonomi dan sosial yang sangat terpuruk, datangnya berita tersebut amat menyakiti hati rakyat Perancis. Agar masyarakat semakin membenci ratu, direncakan skenario konspirasi selanjutnya. Sepucuk surat yang ditulis atas nama ratu dikirimkan kepada Cardinal Prince de Rohan. Dalam surat kaleng tersebut tertulis ratu ingin bertemu di Palais Royal untuk meminta nasehat perihal masalah kalung tersebut. Di lokasi pertemuan, seorang pelacur yang memang wajah dan dandanannya mirip dengan ratu telah menunggu sang kardinal. Tentunya karena banyaknya wartawan, pertemuan itu tersebar luas ke seluruh negeri dan semakin membuat ratu tersudut yang pada akhirnya mengantarkan nyawanya di tangan sang algojo ketika revolusi mencapai titik puncaknya dan tidak lagi terkendali.
Slogan maut yang dikumandangkan para konspirator tentunya adalah : Liberte, Fraternite dan Egalite (Kemerdekaan, Persaudaraan dan Persamaan). Slogan yang sungguh sangat diamini nyaris seluruh rakyat Perancis di seantero negeri. Seakan terbius, mereka rela mengorbankan tenaga, waktu dan materi untuk memenuhi slogan tersebut sekali lagi agar nasib mereka berubah lebih baik. Namun tiga slogan tersebut sesungguhnya hanya ilusi belaka dan bahkan orang-orang Yahudi pun sama sekali tidak mengamalkan baik itu kebebasan, persaudaraan dan persamaan yang berlebihan diantara sesamanya.
Dan tibalah hari yang ditunggu-tunggu konspirator dan Rothschild khususnya. 14 Juli 1789, ribuan massa bergerak menuju penjara Bastille. Penjara tersebut dibakar dan para narapidana bebas berkeliaran dimana-mana dan seperti di Indonesia 1998 lalu, kerusuhan dan penjarahan merebak di seantero Perancis. Penyerbuan penjara Bastille menandai dimulainya revolusi Perancis yang hari-hari selanjutnya berkembang tanpa bisa diduga. Yang pada akhirnya membawa Raja Louis XVI dan Ratu Maria Antoinete pada pisau gulotine yang memancung kepala mereka.
Salah satu tokoh penggerak revolusi tersebut, yang juga seorang anggota Freemason, Marquis de Mirabeau yang pada awalnya didukung para konspirator, akhirnya dijadikan buruan untuk dieksekusi. Khawatir persekongkolan tingkat tinggi yang dilakukan freemason dan illuminati, mereka mengupayakan pengadikan terhadapnya. Namun karena berulang kali menemui kegagalan, akhirnya mereka berhasil meracuni Mirabeau dan sebagaimana kelicikan dan kelihaian siasat Yahudi, kematiannya dibuat agar terkesan sebuah peristiwa bunuh diri.
Paska kematian Mirabeau, pemerintahan Perancis seolah lumpuh karena dipimpin oleh orang-orang yang bisa disebut orang gila, penyembah berhala, illuminati, penuh teror dan setiap hari banyak saja nyawa rakyat yang melayang sia-sia. Munculah nama Danton dan Robespierre yang sebelumnya terkenal sebagai algojo pemenggal kepala orang-orang yang dianggap tidak sejalan ide revolusi, yang akhirnya mereka diangkat sebagai pemimpin penggerak revolusi. Namun tidak lama kemudian, sepeti pendahulunya, merekapun harus meregang nyawa akibat dibunuh para konspirator. Hal ini memang adalah salah satu bagian Protokol Zion pasal 15 :
“Kita akan membunuh para anggota Mason dengan cara sedemikian rupa sehingga tidak ada seorang pun yang mencurigai pembunuhan itu.” Ayat selanjutnya berbicara, “Pada tahap ini kita akan melanjutkan pembunuhan terhadap anggota Mason goyim (non-Yahudi) yang mengetahui terlalu banyak.”
Namun sehari sebelum Robespierre dieksekusi, dia sempat berpidato yang isinya membeberkan kenyataan sesungguhnya yang terjadi dibalik penggerakan opini masyarakat yang berujung meletusnya revolusi, inilah kira-kira isi pidato singkatnya :
“Sebetulnya aku tidak berani menyebutkan siapa dan dimana mereka saat ini, aku juga tidak kuasa membuka tirai misteri yang menutupi jatidiri kelompok ini. Namun yang pasti aku ingin meyakinkan kalian semua, aku percaya sepenuhnya, bahwa dibalik bergeraknya dan diantara penggerak revolusi ini ada kaki tangan yang diperalat dan melakukan penyuapan besar-besaran untuk menghancurkan negeri yang tercinta ini.”
Robespierre adalah anggota Freemason yang diberi kesempatan untuk mengetahui lebih banyak dari yang seharusnya, dinilai telah bertindak terlalu jauh oleh petinggi konspirator. Menurut mereka Robespierre harus dibunuh dan kepadanya diberikan tuduhan yang dibuat-buat sebagai pemulus pengiriman dia ke arena eksekusi.