Jumat, 05 Agustus 2011

Sang Terpilih (5)

Sebagai kunci dan jaminan agar tercapainya kursi presiden yang didapatkan Subagyo, para petinggi “organisasi” meminta tata cara kampanye pemilu presiden agar menggunakan jasa konsultan Jackal Enterprise dari Amerika yang sebelumnya sukses mengantarkan Obama menduduki jabatan presiden Amerika. Perusahaan ini sendiri dikelola oleh David Rubin, seorang mantan pejabat tinggi Mossad yang bermigrasi dan menjadi warga negara Amerika. Meskipun begitu dia masih tetap berhak memiliki kewarganegaraan Israel.
Sesungguhnya hal kewarganegaraan ganda amat tabu dan bagi warga negara Amerika, malah kebanyakan dari mereka tidak percaya ada sebagian dari mereka memiliki dua kewarganegaraan selain Amerika. Namun pada kenyataannya pemerintah Amerika memberi pengecualian kepada warga Yahudi darimanapun mereka berasal, pemerintah Amerika selalu memberi status kewarganegaraan Amerika tanpa mencabut status kewarganegaraan sebelumnya, terutama Yahudi yang berasal dari Israel. Fenomena kewarganegaraan ganda ala Yahudi ini membawa kita kembali ke masa presiden Bill Clinton. Di masa beberapa hari setelah menjabat presiden Amerika, dia langsung memberi hak kewarganegaraan kepada Martin Indyk, seorang Yahudi imigran asal Inggris. Namun yang menjadi berita besar adalah pemberian status warga negara yang diikuti pemberian jabatan di departemen pertahanan, dan dikemudian hari Martin Indyk malah diangkat menjadi duta besar.

Masih ingatkah dengan audit harta kekayaan calon presiden dan wakil presiden sebelum pemilu dilaksanakan? Ketika itu Subaygo berstatus sebagai capres “termiskin”, dan status capres “terkaya” dipegang oleh Pragowo Suniarto, begitupun calon wapres yang dipasangkan, harta kekayaan Budiloyo tidak terlalu menonjol, sedang-sedang saja. Dengan hasil audit seperti itu, tentu masyarakat sudah bisa memprediksi siapa capres yang akan berkampanye paling meriah. Namun ironi berkata lain, sang capres termiskin itu berkampanye megah nan mewah disetiap tempat. Dan sehubungan menggunakan jasa konsultan yang sama, tata panggung kampanye Subagyo mirip sekali dengan tata panggung kampanye sang boneka utama “organisasi”, Barack Obama.
Kampanye besar-besaran itulah yang sebetulnya bagi masyarakat yang mau berpikir kritis, membuka borok Subayo sendiri. Ironi tersebut semakin mendukung kemungkinan terlibatnya dia dalam skandal Bank Centurion. Begini skenarionya.
Dengan harta pribadi Subagyo yang minim tersebut membuat “organisasi” sebagai “pengutus” harus mengucurkan dana untuk kampanye Subagyo. Namun “organisasi” jelas tidak sudi mengeluarkan dananya begitu saja untuk cecunguk macam Subagyo. Untuk itulah “organisasi” memberikan dana talangan untuk dikembalikan kemudian oleh Subagyo. Dengan jumlah mencapai triliunan rupiah maka dibutuhkan sebuah “kebijakan pemerintah”. Skenarionya adalah dengan membangkrutkan sebuah Bank dan mengalirkan dana likuiditasnya ke berbagai investasi fiktif dan tentunya bermuara di kantong “organisasi”. Kemudian untuk menyelamatkan bank sekaligus memutihkan kejahatan perbankan yang dilakukan pemilik manajemen bank tersebut, maka pemerintah mengeluarkan dana talangan. Dan untuk meredam amarah para nasabah meskipun tidak memadamkan seratus persen, maka pemerintah menangkap segelintir perjabat bank yang “kurang beruntung”, dan sisanya, owner dan manajer yang merupakan “operator” Soros bisa melenggang mulus ke luar negeri.
Adapun jumlah yang dirampok bank Centurion yang sekarang berganti nama menjadi Bank Tiara tersebut adalah 6,7 triliun rupiah. Mungkin bagi “organisasi”, jumlah ini tidak seberapa dibanding kekayaan total mereka, namun bagi rakyat Indungsia yang sebagian besar rakyatnya masih hidup terbelakang, kehilangan uang 6,7 triliun adalah pukulan yang cukup telak bagi tatanan sosial Indungsia.
Modus ini sebetulnya merupakan modus umum yang dilakukan penjahat perbankan internasional. Merampok uang milik masyarakat dan negara sendiri lah yang harus menanggungnya. Bagaimana dengan perumpamaan : jika rumah anda mengalami kerampokan, tiba-tiba datanglah seseorang yang sebetulnya adalah pelaku perampokan tersebut berniat meminjami anda uang sebesar kerugian yang anda alami. Dan dana tersebut harus anda kembalikan sesegera mungkin. Itulah perumpamaan skandal bank Centurion beberapa waktu lalu. Ironis!
Begitupun dalam cakupan lebih luas dalam krisis perekonomian Amerika pada 2008 lalu. Dampak yang dihasilkan akibat kejahatan serupa lebih besar karena dana yang disedot dari warga Amerika sendiri sangat besar. Krisis ini sejatinya tidak hanya menggoncang Amerika saja, namun merembet ke beberapa negara yang memiliki keterkaitan ekonomi dengannya. Dalang utamanya adalah Bernard Madoff, lagi-lagi seorang Yahudi. Dia disinyalir berhasil mengeruk uang warga Amerika senilai lebih dari $60 miliar. Akibat perbuatannya, ratusan ribu warga Amerika kehilangan rumah beserta segala aset mereka dan divonis jatuh miskin.
Sebetulnya banyak Madoff lainnya dan mereka semua adalah “operator” Soros dan “organisasi”. Adapun Madoff pernah diperiksa oleh kejaksaan itu karena dia hanya sial dilaporkan anaknya sendiri, namun seperti sudah diperkirakan sebelumnya, dia divonis bebas tanpa tuduhan apapun. Imbasnya saat itu pemerintah Amerika harus mengeluarkan dana talangan senilai lebih dari $1 triliun, jumlah yang fantastis mengingat jumlah tersebut senilai 10 kali lipat rata-rata APBN Indungsia. Dan sesuai skenario, dana tersebut diperoleh dari pinjaman bank-bank milik “organisasi”.
BERSAMBUNG…