Minggu, 31 Juli 2011

Konspirasi BBM

keterangan gambar : puluhan trem-trem listrik yang dibiarkan membangkai begitu saja karena kejahatan konspirasi BBM.
Berbicara mengenai perbandingan energi yang diaplikasikan dengan jenis transportasi, terkadang sangat jarang kita temukan pembicaraan mengenai hal ini di forum manapun. Mungkin sebagian besar masyarakat sudah “pasrah” dengan ketergantungannya kepada bahan bakar minyak. Atau mungkin “dipaksa pasrah” oleh pihak-pihak tertentu.
Apa kelebihan mobil modern bertenaga listrik dibanding mobil berbahan bakar minyak? Segalanya. Dari sisi kekuatan, mobil bertenaga listrik bisa melaju dalam kecepatan maksimal 370km/jam yang dibuktikan oleh perusahaan mobil Eliica buatan Jepang. Daya jelajahnya pun lebih jauh, dalam sekali charge bisa menempuh 480km, dibuktikan dalam uji coba mobil listrik Tesla Model S. Akselarasi mantap, bisa mencapai 100km/jam hanya dalam tempo tidak lebih dari 4 detik oleh mobil Tesla Roadster. Bahkan mungkin yang tertangkap oleh logika anak kecil kelebihannya tidak bising dan ramah lingkungan (polusi bahkan depercaya 1:10 dibanding mobil berbahan bakar minyak). Lagipula saat pengisian tenaga, charge tidak memiliki resiko sebesar pengisian BBM yang berpotensi terjadinya kebakaran.

Mobil listrik sudah banyak bertebaran dipenjuru kota-kota besar di Amerika. Kira-kira di tahun 1897, New York sudah dipenuhi oleh mobil-mobil taxi bertenaga batere, kereta-kereta listrik banyak lalu-lalang diseputaran kota, bahkan proyek-proyek trem-trem dalam kota sebagai moda transportasi idola saat itu terus digenjot sebagai upaya pelayanan transportasi kepada masyarakat kota. Nyaris tidak ada satu pun mobil BBM yang bisa ditemukan saat itu. Bahkan tahun 1899 mobil listrik memecahkan rekor kecepatan yang dicapai kendaraan darat yang mencapai 100km/jam, mobil tersebut dibuat oleh tangan jenius Cammile Jenatzy, seorang pembalap berkebangsaan Belgia.
Melihat dominasi dan kemajuan kendaraan-kendaraan tenaga listrik, rasanya sulit membayangkan bagaimana kendaraan BBM bisa bersaing secara ketat. Bahkan di tahun 1930 trem dan kereta listrik antar kota suda mencapai kecepatan 200km/jam. Dan di era yang sama, para pengguna mobil BBM masih harus berkeringat ketika akan menyalakan tuas mobil, dibandingkan mobil listrik yang sekali tekan tombol sudah menyala. Ditambah asap yang tebal dan suara bising yang dimiliki mobil BBM, semakin menjauhkan ekspektasi masyarakat untuk menggunakan kendaraan BBM sebagai transportasi utama.
Namun perlahan kapitalisme merubah semuanya. Tidak seperti masyarakat sosialis yang tidak diperbolehkan memiliki faktor produksi dalam bentuk apapun, dalam masyarakat liberal khususnya di Amerika, kebebasan dalam persaingan ekonomi adalah hal yang lumrah.
Begitu populernya kendaraan listrik, trem-trem dalam kota amat mudah kita jumpai di kota-kota besar Indonesia seperti Jakarta, Medan dan Surabaya. Mungkin kakek buyut kita yang tinggal di seputaran kota tersebut masih mengingat bagaimana kenyamanan transportasi kota yang tanpa polusi, nyaman dan tentunya bebas macet. Bahkan hingga hari ini di San Francisco masih banyak bertebaran trem-trem listrik yang masih rutin beroperasi 24 jam yang sudah berumur lebih dari 100 tahun, hal ini bisa ditemukan juga dalam salah satu game PS2 Grand Thieft Auto : San Andreas di kota San Fierro (San Francisco). Keawetan tersebut sama sekali langka dan mustahil bisa dialami oleh kendaraan-kendaraan BBM yang paling lama hanya bertahan 20 tahun saja, karena bahan bakar yang digunakan sebetulnya bersifat korosif atau menghancurkan.
Perubahan kondisi transportasi secara signifikan berawal dari munculnya keluarga pebisnis Yahudi, Rockefeller yang merupakan tangan kanan keluarga Rotchschild. Yang awalnya mereka bergerak dalam bisnis perminyakan, kemudian mulai memasuki ranah bisnis transportasi. Dia melakukan dua langkah kebijakan untuk mematikan proyek-proyek kendaraan listrik.
Langkah pertama dengan membeli semua perusahaan provider dan operator-operator trem listrik melalui perusahaan bentukannya, National City Lines. Rockefeller membeli sebagian besar perusahaan transportasi massal di seluruh kota besar Amerika. Dalam rentang 1936 sampai 1950 National City Lines sudah membeli lebih dari 100 perusahaan operator trem di 45 kota besar Amerika termasuk Detroit, Cleveland, New York, Oakland, Phoenix, Los Ageles, Baltimore, St. Louis dan Salt Lake City. Setelah itu National City Lines langsung menggantikan trem-trem yang sangat nyaman dan ramah lingkungan itu dengan bus-bus peminum BBM yang jorok, penuh polusi dan serba menyusahkan. Dan ribuan trem yang masih dalam kondisi bagus ditarik dari peredaran dan langsung dikirim ke tempat penampungan besi tua.
Langkah kedua adalah membiayai perusahaan mobil Ford Motor Company dan General Motor untuk besar-besaran memproduksi mobil-mobil BBM yang dijual dengan harga murah kepada masyarakat, karena dengan besarnya angka penjualan, harga murah pun tidak menjadi masalah dan keuntungan tetap bisa didapat secara maksimal oleh Rockefeller. Dengan sistem penjualan yang mudah dan pemberian kredit secara ringan kepada masyarakat semakin mempermudah pemasaran, ditambah pormosi massif di media-media massa kepunyaan Rockefeller dan bantuan dari mafia pimpinan teman Rockefeller, seorang Yahudi yaitu Meyer Lanski yang menjamin akan melibas siapa saja pihak-pihak yang ingin menentang langkah-langkah Rockefeller.
Langkah-langkah Rockefeller membuktikan bahwa peribahasa sekali dayung dua tiga pulau terlewati memang benar adanya. Dengan menyingkirkan dan membunuh perusahaan operator mobil-mobil dan trem-trem listrik lalu menggantikannya dengan kendaraan BBM produksinya, dia tidak hanya mendapatkan keuntungan dari bisnis mobil semata, namun justru dari bisnis penjualan bahan bakar minyaknya lah dia mengeruk keuntungan jauh lebih besar. Dengan perhitungan kasar penjualan minyak secara global. Produksi minyak dunia rata-rata 100 juta barel perhari. Dengan asumsi biaya produksi per-barrelnya $20 dan dijual dengan harga $40 per-barel, berarti $40x100 juta = $4miliar atau sekitar 40triliun seharinya, itu adalah keuntungan bersih! Jadi silakan hitung berapa kekayaan dinasti Rothschild yang telah ditumpuknya selama puluhan tahun.
Mungkin bagi orang awam, keuntungan penjualan minyak akan dinikmati oleh negara-negara penghasil minyak seperti Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Libya dan Indonesia. Namun kenyataannya meskipun ladang produksi minyaknya ada di Arab Saudi dll, namun sebagian besar perusahaan penambang dan pengolah minyaknya dimiliki oleh perusahaan asing, Rockefeller beserta kolega-koleganya. Di Indonesia sendiri, 90% perusahaan minyak yang ada dimiliki oleh perusahaan asing. Maka jangan heran sebagai salah satu negara penghasil minyak, tidak ada sedikitpun jejak keuntungan besar yang diraup oleh negara ini. Sedikitpun dana yang ada belum terkorupsi, dana ini, dana itu yang tidak jelas kemana larinya.