Kamis, 28 Juli 2011

Sang Terpilih (3)

El Diablo Sign
Orang Yahudi memang memiliki sifat dasar angkuh dan sombong. Semua orang di dunia tahu hal itu, termasuk pemandu wisata di pegunungan himalaya maupun di taman margasatwa Serenggeti Tanzania, mereka mengenal angkuh dan somongnya nya Yahudi dari begitu pelitnya mereka memberi tip dan upah.
Jangankan kepada kita non-Yahudi yang mereka juluki goyim atau binatang ternak, keangkuhan dan kesombongan mereka juga berlaku kepada sesamanya, tak jarang mereka saling bersaing memamerkan kekayaan dan apa saja yang mereka miliki. Orang Yahudi Sephardin mengejek Yahudi Ashekanazi dengan julukan kike atau yiddish yang artinya Yahudi hitam. Sedangkan orang Ashkenazi memojokan Yahudi di bawahnya, Yahudi Falasha sebagai budak.
Persaingan antara Yahudi Ashkenazi dan Sephardin sebagaimana telah dibahas dalam tulisan sebelumnya mengakibatkan terjadinya Perang Krim dan berujung pada Perang Dunia I karena niat pembangunan jalur kereta Yahudi Ashkenazi dianggap Yahudi Sephardin akan mengancam supremasi mereka di kawasan perairan. Dan barulah setelah Hitler muncul dengan partai NAZI nya yang dipercaya akan mengancam kelangsungan kepentingan bisnis mereka, maka bersatulah orang-orang Yahudi tersebut dan akhirnya berujung dalam Perang Dunia II.
Sebetulnya Yahudi-Yahudi yang masih eksis sekarang di seluruh dunia itu bukanlah Yahudi asli keturunan Nabi Ibrahim, Nabi Musa ataupun Nabi Daud. Yahud Sephardin adalah Yahudi keturunan hasil percampuran Yahudi dengan beberapa bangsa Eropa Barat. Sedangkan Yahudi Ashkenazi di dominasi oleh darah bangsa Khazar di daerah sekitar laut Kaspia. Orang Ashkenazi juga memiliki sifat-sifat negatif yang lebih menonjol dari Yahudi Sephardin, karena mereka yang juga mewarisi darah kaum Mongol dari Mongolia melalui orang-orang Khazar tadi. Hal ini juga sekaligus menjadi pencerahan perihal watak Gengis Khan dari Mongolia yang terkenal tidak segan-segan membantai jutaan orang secara sadis pada masa kekuasaannya. Sedangkan sub-ras Yahudi paling rendah adalah Yahudi Falasha, yaitu Yahudi kulit hitam hasil keturunan dari Ratu Sheba di Ethiopia yang sekarang menjadi salah satu negara termiskin di dunia. Justru Yahudi yang menjadi keturunan langsung Nabi Ibrahim adalah bangsa Palestina yang banyak mewarisi sifat-sifat beliau, yakni sabar, gigih dan pantang menyerah.
Kembali ke tokoh utama kita, Subagyo. Tidak lama setelah peristiwa pesta di rumah Senator dan perzinahannya dengan seorang pelacur di sebuah kamar hotel, Subagyo mendapat undangan untuk mengikuti sebuah “acara yang sangat eksklusif”, demikian teman Subagyo yang merupakan anak Senator yang terkenal itu mengatakannya. “Hanya orang-orang spesial dan tertentu saja yang bisa mengikuti acara ini,” lanjutnya.
Tak dinyana ternyata acara eksklusif tersebut adalah acara inisiasi atau pelantikan salah satu organisasi Freemason. Subagyo pun “dipaksa” untuk menjalani perploncoan untuk dilantik menjadi anggota baru. Dia pun menolaknya ketika diharuskan berpakaian wanita dan bertingkah seperti monyet sebagai salah satu syarat mengikuti inisiasi itu. Namun setelah diperlihatkan rekaman video perzinahannya dengan seorang pelacur beberapa malam lalu itu, maka akhirnya dia tidak mempunyai pilihan lain. Apalagi para tetua anggota “organisasi” telah menjanjikan kursi Presiden Indungsia kepada Subagyo suatu hari nanti.
Subagyo semakin bingung, dia pun bertanya kepada sang Senator kenapa harus dia yang dipilih. Sang senator menjawab karena dia mewarisi darah suci Yahudi yang diturunkan Snouck Horgronje.
Orang-orang Indungsia mungkin banyak yang lupa atau tidak mengetahui setelah kolonialis Belanda menundukan sebuah provinsi yang warganya sebagian besar merupakan Islam militan, atas jasa Snouck Horgronje yang pura-pura memeluk Islam dan menginfiltrasi masyarakatnya yang tidak mau diajajah itu, maka jatuhlah provinsi tersebut dalam sebuah peperangan. Setelah itu terlaksana, Snouck Horgronje yang banyak meninggalkan istri di Indungsia itu kembali ke Belanda. Sampai disana dia memluk Katholik, namun lagi-lagi dia hanya berpura-pura, meskipun makamnya dihiasi simbol Katholik, namun sesungguhnya dia selalu menjalani ritual pemujaan terhadap berhala sebagaimana leluhurnya. Dan begitulah tipikal orang Yahudi, memeluk suatu agama hanya untuk topeng belaka, bahkan dalam beberapa kasus dia selalu berpindah-pindah agama seenaknya, seperti yang pernah dilakukan oleh seorang artis wanita keturunan Yahudi di Indungsia, Nafa Rubah.
Yang tidak kalah membuat Subagyo merenung adalah ketika selesai menjalani “fit and proper test” adalah dia diaharuskan melakukan selebrasi el diablo sign ketika berpidato menyambut kemenangan pemilu untuk menjadi Presiden. “Organisasi” memang menjamin terpilihnya dia hanya melalui pemilu satu putaran, tentu berkat alat-alat elektronik dan komputer penghitung suara milik komisi pemilihan umum itu dibuatnya di Israel. Sebagaimana alat-alat penghitung suara Amerika dan negara-negara barat pun dibuat di Israel.
Tentu menurut ekspektasi Subagyo melakukan selebrasi el diablo sign akan sangat riskan dan beresiko. Karena di internet, bahkan masyarakat awam sudah mengetahui bahwa tanda tersebut adalah simbol pemujaan terhadap setan atau berhala. Dan mengingat fanatisme rakyat terhadap keagamaan di Indonesia sangat tinggi, tentu ini akan mendatangkan resiko yang sangat besar. Subagyo masih ingat bagaimana orang-orang komunis yang tentu saja binaan “organisasi” dibantai dan diasingkan hingga sekarang karena terbongkar kedoknya. Subagyo selalu menelan ludahnya setiap kali mengingat peristiwa itu. Maka dia mengusulkan hal lain sebagai tanda kesetiaannya pada “organisasi”
BERSAMBUNG…